Pernah melihat uap keluar dari kap mobil? Atau indikator suhu Anda melonjak tiba-tiba saat berkendara? Kalau iya, bisa jadi itu pertanda ada masalah pada radiator mobil.
Radiator adalah salah satu komponen penting dalam sistem pendingin kendaraan. Tugasnya menjaga suhu mesin tetap stabil agar performa tetap optimal.
Tapi begitu radiator bocor, maka efek domino bisa dimulai dari mesin yang panas, performa menurun, bahkan risiko mogok di tengah jalan. Jadi, pastikan Anda mengetahui dampak dan cara mengatasinya!
Sayangnya, masalah radiator yang bocor seringkali disepelekan. Padahal, kerusakan ini bisa memicu kerugian besar, baik dari sisi biaya perbaikan maupun keselamatan berkendara.
Mari kita bahas satu per satu secara lebih dalam:
Seperti dijelaskan sekilas di atas, radiator berfungsi utama menjaga suhu mesin tetap stabil. Ketika bocor, cairan pendingin (coolant) keluar dan berkurang dari sistem.
Hasilnya, proses pelepasan panas dari mesin tidak lagi berjalan maksimal dan suhu mesin pun meningkat secara cepat.
Kondisi overheat ini bisa terjadi hanya dalam 15-30 menit perjalanan, tergantung seberapa parah kebocorannya. Jika dibiarkan, suhu bisa naik melewati ambang aman, hingga akhirnya mobil mengalami engine stop alias mati total.
Overheat tidak hanya membuat mobil mogok, tapi juga bisa menyerang bagian dalam mesin. Ini akan membuat komponen vital seperti piston, ring piston, klep, dan kepala silinder bekerja dalam suhu tinggi dan tekanan tinggi.
Tanpa pendinginan yang memadai, logam-logam ini bisa mengalami pemuaian berlebihan hingga menyebabkan retakan atau saling menempel.
Jika kondisi ini terjadi, proses pembakaran dalam mesin akan terganggu, tarikan mobil jadi berat, bahkan bisa memicu bunyi-bunyi aneh dari dalam ruang mesin.
Dampaknya, seringkali harus dilakukan turun mesin (overhaul), yaitu pembongkaran total untuk perbaikan menyeluruh yang harganya tentu tidak murah
Selanjutnya, kebocoran radiator mobil bisa menyemburkan cairan coolant ke area mesin yang panas.
Cairan ini bersifat mudah menguap saat bersentuhan dengan komponen mesin yang bersuhu tinggi seperti knalpot, turbo, atau blok mesin.
Dalam situasi tertentu, uap yang keluar bisa terpicu api dari kabel konslet, sambungan kabel longgar, atau bahkan percikan dari busi.
Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin akan terjadi kebakaran ringan hingga berat di ruang mesin.
Pompa air dan kipas radiator bekerja ekstra keras saat sistem pendingin tidak optimal. Dalam kasus terjadinya kebocoran, pompa air akan terus berputar untuk mengedarkan coolant, padahal cairan yang tersedia sangat minim.
Tanpa cairan, pompa berisiko bekerja dalam kondisi kering yang tentu akan mempercepat kerusakan pada bearing dan seal-nya.
Begitu juga kipas pendingin yang akan terus menyala karena suhu tidak kunjung turun. Lama-lama, motor kipas bisa aus atau terbakar karena beban kerja berlebihan. Akibatnya, sistem pendingin makin kacau dan biaya servis makin mahal.
Risiko dampak terakhir berhubungan dengan sistem pembakaran internal mesin yang sangat bergantung pada suhu kerja optimal.
Ketika mesin terlalu panas akibat radiator bermasalah, sensor ECU (Electronic Control Unit) akan menyesuaikan pembakaran agar tidak merusak mesin lebih jauh.
Ini membuat tenaga mesin harus diturunkan, performa jadi loyo, dan bahan bakar terbakar tidak sempurna.
Ini menyebabkan konsumsi bahan bakar melonjak dan efisiensi mobil menurun drastis, terutama saat menghadapi macet atau perjalanan jauh.
Sebelum kerusakan besar terjadi, umumnya radiator mobil sudah memberi sinyal bahwa ada yang sedang tidak beres. Berikut gejala awal yang patut Anda waspadai:
Setiap dashboard mobil umumnya dilengkapi dengan indikator suhu. Jika jarum suhunya mulai bergerak lebih tinggi dari biasanya, apalagi kalau sudah mendekati area merah, itu pertanda suhu mesin terlalu panas.
Ini adalah gejala paling mudah dilihat. Jika Anda abaikan, suhu bisa melonjak lebih tinggi dalam hitungan menit.
Adanya uap yang muncul terjadi saat coolant mendidih karena suhu terlalu tinggi atau keluar dari celah kebocoran.
Uap ini seringkali disertai bau khas cairan radiator yang terbakar. Bila sudah sampai tahap ini, mobil sebaiknya segera dihentikan dan didinginkan.
Coolant umumnya berwarna mencolok seperti merah muda, hijau cerah, atau biru. Jika Anda melihat cairan ini menetes di bawah mobil setelah parkir, bisa jadi radiator atau selang mengalami kebocoran halus.
Tanda ini sering tidak disadari karena dianggap tetesan air AC biasa. Padahal, kalau warna dan baunya khas, bisa jadi itu cairan radiator.
Kalau Anda baru mengisi cairan radiator tapi isinya berkurang dalam beberapa hari atau minggu saja, kemungkinan besar ada kebocoran.
Meski belum terlihat dari luar, bisa jadi ada retakan kecil yang hanya bocor saat tekanan tinggi.
Jika mesin terasa lebih berat dari biasanya, akselerasi lambat, atau muncul lampu indikator ācheck engineā, sebaiknya segera cek sistem pendingin Anda.
Sebab, sensor panas bisa otomatis mendeteksi bahwa mesin bekerja tidak normal karena suhu yang melonjak.
Kalau berbagai gejala awal ini diabaikan, kebocoran radiator mobil bisa memicu kerusakan lanjut yang tidak kalah serius seperti:
Radiator bocor yang dibiarkan bisa menyebabkan blok mesin memuai tidak merata dan retak. Ini salah satu kerusakan paling serius pada mesin mobil.
Parahnya suhu ekstrem juga bisa membuat pelumas mesin ikut rusak atau menguap. Tanpa pelumasan, komponen logam akan bergesekan langsung dan bisa menyebabkan piston terkunci (mengalami seizure).
Kasus terburuknya, mobil Anda bisa berhenti mendadak di tengah jalan, terutama saat sedang berkendara jarak jauh.
Jika radiator mobil yang bocor sudah mengakibatkan mobil Anda mogok, maka segera pinggirkan mobil dan matikan mesin, tunggu hingga dingin, lalu buka tutup radiator dan tambahkan coolant atau air bersih sebagai solusi darurat jika tidak ada cairan pendingin.
Sebagai pencegahan, pastikan Anda servis secara berkala di bengkel resmi Suzuki dan rutin mengganti coolant!